Sabtu, 07 Mei 2011

Cerpen : Demam BlackBerry



       Andi, seorang pelajar kelas V SD, sangat menginginkan handphone BlackBerry yang sedang menjadi tren diantara teman-temannya.
“Hey, aku minta pin BB kamu, nanti aku add.” Kata Arva kepada Ari.
“20EA8DCF, add ya. Nanti kita bisa berbicara di BBM (BlackBerry Messenger). Oiya kemarin aku mentwit kamu, jawab ya.” Jawab Ari.
          Andi hanya tertunduk lesu melihat mereka. Handphone yang dimilikinya adalah handphone model lama yang diberikan ibunya sekedar untuk berkomunikasi, tidak ada fitur-fitur canggih yang ada pada handphone BB teman-temannya. Ibunya hanya berpesan kalau anak seumurannya belum boleh memakai handphone mahal, karene rawan akan kejahatan. Andi pun mengerti namun tetap ada rasa cemburu pada teman-temannya itu.
          Bel sekolah pun berbunyi, Andi berjalan ke depan sekolah dan melihat ibunya sudah menunggu dengan motor usangnya. Dia melihat Arva pun dijemput juga oleh ibunya.
“Tadi mama BBM ko tidak dijawab? Ayo kita pulang, va!” kata ibu Arva. Ternyata sekeluarga Arva memakai handphoneBlackBerry, Ayahnya pun terlihtat sedang asik memainkan handphone BB nya. Andi hanya diam dengan wajah penuh harapan dia akan mempunyai handphone tersebut.
          Sesampainya di rumah, Andi langsung menuju ayahnya.
“Yah, teman-temanku sekeluarga memakai BB. Keluarga kita tidak, Yah?” keluh Andi.
“Kamu mau BB? Nanti ayah belikan yah, tapi BB itu mahal, Andi. Jadi ayah harus mengumpulkan uang dahulu untuk bisa membeli BB.” Jawab ayahnya.
“Tapi kapan, Yah? Andi malu sama teman-teman.” Keluh Andi lagi.
“Pasti ada waktunya. Andi sabar saja yah.” Ayahnya menjawab.
          Andi kecewa dengan jawaban ayahnya tersebut. Ia membayangkan teman-temannya sedang asik mengobrol di BBM atau di Twitter. Andi pun mengurung diri di kamarnya sambil memain-mainkan handphone miliknya, membayangkan bahwa itu adalah handphone BlackBerry.
          Esok paginya, Andi sarapan dengan nasi goreng buatan ibunya. Dia tidak menghabiskan sarapannya karena tidak bernafsumakan. Maklum, semalaman dia terus memikirkan handphone Blackberry teman-temannya itu. Ia pun berangkat bersama ibunya ke sekolah Andi.
          Sesampainya disekolah, Andi sudah melihat teman-temannya asik memainkan handphopne BlackBerry masing-masing. Bahkan dia berbicara pun hampir tidak diacuhkan.
“Arva, kamu sudah siap untuk ulangan Matematika hari ini?” Tanya Andi
“Ssst. Diam dulu, aku sedang asik mengoborol dengan mama di BBM nih.” Jawab Arva dengan cueknya. Andi makin jengkel. Dia merasa tidak dianggap di kelasnya. Bahkan saat pelajaran dimulai, gurunya pun memakai handphone BlackBerry.
          Bel pulang sekolah berbunyi, namun Andi belum dijemput ooleh ibunya. Teman-temannya pun belum ada yang dijemput karena saat itu waktu pulang lebih cepat. Andi pun menelpon mamanya.
          Belum sempat berbicara, tiba-tiba Arva dan Ari mendatangi Andi.
“Andi, kamu punya pulsa?” Tanya Ari.
“Iya aku punya. Ini aku kan mau menelpon mama.” Jawab Andi.
“Boleh aku meminjam handphonemu? Pulsa kami habis nih.” Jawab Arva.
          Mendengar jawaban Arva tersebut Andi langsung tertawa terbahak-bahak. Arva dan Ari hanya memperhatikan.
“Kalian handphone Blackberry tapi pulsa saja tidak ada hahahaha.” Jawab Andi sambil tertawa.
“Ayolah kami harus menelpon orang tua kami untuk menjemput kami.”
          Belum sempat menjawab, tiba-tiba ibu Andi datang menjemput Andi. Ia langsung meninggalkan Arva dan Ari dengan muka penuh kemenangan karena merasa handphonenya lebih baik dari handphone mereka yang tidak ada pulsanya. Akhirnya Andi memurungkan niatnya untuk meminta dibelikan handphone BlackBerry kepada ayahnya karena biaya pulsanya sangat mahal.
              So, kalau memang tidak memiliki uang berlebih, tidak usah memaksakan diri membeli BlackBerry
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar